Persamaan Kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Merdeka
Persamaan Kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Merdeka
Pendidikan di Indonesia terus berkembang untuk menjawab tantangan zaman dan memenuhi kebutuhan peserta didik dalam menghadapi era globalisasi. Dua kurikulum yang menjadi fokus utama dalam satu dekade terakhir adalah Kurikulum 2013 (K13) dan Kurikulum Merdeka. Meski Kurikulum Merdeka hadir sebagai penyempurnaan dari K13 dan memiliki banyak perbedaan mendasar, namun keduanya juga memiliki sejumlah persamaan dalam tujuan, pendekatan, dan nilai yang ingin dibangun dalam sistem pendidikan nasional.
Berikut ini adalah beberapa persamaan penting antara Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, lengkap dengan penjelasan dan contoh penerapannya.
1. Sama-sama Berbasis Kompetensi
Baik K13 maupun Kurikulum Merdeka sama-sama mengusung pendekatan berbasis kompetensi. Tujuannya bukan sekadar menghafal materi, melainkan mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap secara seimbang.
- Pada K13, kompetensi dasar (KD) dan kompetensi inti (KI) menjadi acuan pembelajaran.
- Pada Kurikulum Merdeka, konsep ini disederhanakan menjadi Capaian Pembelajaran (CP), tetapi tetap menekankan penguasaan kompetensi.
Contoh:
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, siswa tidak hanya diminta membaca teks, tetapi juga memahami makna, menyusun pendapat, serta mengekspresikan gagasan dalam tulisan. Tujuannya sama: mengembangkan literasi, bukan sekadar hafalan.
2. Penguatan Pendidikan Karakter
Kedua kurikulum menekankan pentingnya pendidikan karakter sebagai fondasi utama pembelajaran. Hal ini sejalan dengan upaya membentuk generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga beretika dan berakhlak baik.
- K13 menggunakan pendekatan penguatan pendidikan karakter (PPK) yang terintegrasi dalam semua mata pelajaran.
- Kurikulum Merdeka memperkuatnya melalui Profil Pelajar Pancasila, yang terdiri dari enam dimensi karakter utama: beriman, bernalar kritis, kreatif, mandiri, gotong royong, dan berkebinekaan global.
Contoh:
Dalam kedua kurikulum, siswa diajak untuk bekerja dalam kelompok, menghargai pendapat orang lain, dan menyelesaikan masalah bersama. Nilai gotong royong dan toleransi tetap menjadi bagian penting dalam proses belajar.
3. Penerapan Pembelajaran Aktif dan Kontekstual
Baik K13 maupun Kurikulum Merdeka mendorong guru untuk menerapkan pembelajaran aktif, kreatif, dan kontekstual. Siswa tidak lagi menjadi pendengar pasif, tetapi ikut aktif dalam menemukan pengetahuan.
- K13 mendorong pendekatan saintifik (mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengomunikasikan).
- Kurikulum Merdeka memberikan kebebasan metode, tetapi prinsip aktivitas dan partisipasi siswa tetap diutamakan.
Contoh:
Dalam pelajaran IPA, guru tidak hanya menjelaskan materi secara teoritis, tetapi juga mengajak siswa melakukan percobaan sederhana, diskusi kelompok, dan presentasi hasil pengamatan. Ini berlaku di kedua kurikulum.
4. Mengintegrasikan Nilai-nilai Pancasila dan Kebangsaan
Keduanya mengarahkan siswa untuk memiliki wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila yang kuat. Kurikulum Indonesia tetap berpijak pada identitas nasional dan budaya lokal, meskipun menghadapi tantangan global.
Contoh:
Materi tentang sejarah nasional, kebhinekaan, dan toleransi antar umat beragama tetap diajarkan di K13 dan Kurikulum Merdeka, baik dalam pelajaran PPKn, IPS, maupun melalui kegiatan projek sekolah.
5. Mendorong Pengembangan Keterampilan Abad 21
Keterampilan abad 21 (4C: Critical Thinking, Creativity, Communication, Collaboration) menjadi fokus dalam kedua kurikulum. Hal ini bertujuan menyiapkan generasi muda agar mampu menghadapi dunia kerja dan kehidupan yang dinamis.
- K13 sudah mulai menerapkan konsep ini melalui kegiatan proyek, diskusi, dan presentasi.
- Kurikulum Merdeka memperluas penerapannya dengan memberikan lebih banyak ruang bagi siswa untuk bereksplorasi melalui projek tematik dan mata pelajaran pilihan.
Kesimpulan
Meskipun Kurikulum Merdeka memiliki banyak penyederhanaan dan fleksibilitas dibandingkan Kurikulum 2013, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan peserta didik yang kompeten, berkarakter, dan mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman. Persamaan-persamaan tersebut menunjukkan bahwa Kurikulum Merdeka bukanlah perubahan total, melainkan bentuk penyempurnaan dari fondasi yang telah diletakkan oleh K13.
Keduanya mengedepankan nilai-nilai Pancasila, kompetensi esensial, pendidikan karakter, serta pendekatan pembelajaran yang aktif dan bermakna. Dengan pemahaman ini, guru dan sekolah dapat lebih mudah beradaptasi dalam menerapkan Kurikulum Merdeka tanpa harus merasa mulai dari nol.
Komentar
Posting Komentar